peternakan

Rabu, 25 November 2009

sapi perah

PRODUKSI SUSU, PEMELIHARAAN SAPI PERAH,

dan

REPRODUKSI, MANAJEMEN KERBAU PERAH

DI SUMATERA BARAT

A. PENDAHULUAN

Latar Belakang

Ternak sapi perah memegang peranan penting dalam penyediaan gizi bagi masyarakat. Produk utama yang dihasilkan dari ternak sapi perah adalah susu. Susu merupakan cairan bukan kolostrum yang dihasilkan dari proses pemerahan ternak perah, baik sapi, kambing maupun kerbau secara kontinyu dan tidak merubah komponennya sebagai bahan pangan yang sehat. Susu sapi merupakan susu yang sebagian besar dikonsumsi oleh manusia, karena kandungan zat gizinya dapat diserap sempurna oleh tubuh. Oleh karena itu, ada makanan empat sehat lima sempurna, dan untuk mendapatkan sempurna itu harus melalui susu.

Pertumbuhan populasi sapi perah dari tahun - ketahun rata-rata meningkat, akan tetapi peningkatannya tidak setinggi pada ternak unggas. Saat ini dibutuhkan suatu metode yang tepat dalam membangun subsektor peternakan khususnya mengenai komoditas sapi perah. Karena sebagian besar susu dihasilkan dari pulau jawa, sehingga pengembangan didaerah luar jawa sangat potensial untuk dikembangkan.

Pengembangan sapi perah dapat dilakukan dengan cara meningkatkan produktivitas sapi perah baik dari segi teknis maupun dari segi ekonomis. Produktivitas ternak sapi perah harus dipacu untuk dapat ditingkatkan, diantaranya manajemen reproduksi dan manajemen pakan. Hal tersebut dikarenakan besarnya produksi susu ditentukan oleh keberhasilan program-program reproduksi dan manajemen pakan yangbalance (seimbang) baik dari segi kuantitas maupun kualitas.

Manajemen reproduksi yang baik harus mempertimbangkan beberapa hal, diantaranya adalah masa kering, service period, lama laktasi, calving interval, service per conception maupun umur beranak. Salah satu masalah yang masih menjadi kendala pada peternak Indonesia adalah masih kurang diperhatikannya service period. Umumnya peternak kita service periodnya sekitar 4 bulan, padahal standar untuk mendapatkan produksi susu yang optimal dan terjadi kontinyuitas produksi service period dipatok 2 bulan. Ini akan menjadi tugas bagi kita semua untuk dapat membenahi manajemen reproduksi pada ternak sapi perah ( Priyono, S.Pt )

Dan salah satu usaha bidang peternakan yang belum memperoleh penanganan secara intensif dan masih perlu didorong serta dikembangkan adalah usaha peternakan kerbau perah. Usaha peternakan kerbau perah di Sumatera Barat merupakan usaha sambilan untuk menambah pendapatan bagi peternak yang memeliharanya. Beternak kerbau perah merupakan sumber ekonomi yang sangat berarti bagi petani peternak pedesaan Indonesia, sebagaimana di negara-negara berkembang lainnya. Sebenarnya beternak kerbau perah bukan hanya mengharapkan air susunya tetapi ada lagi hasil lain yang tidak kurang artinya seperti daging, tenaga, kulit, tulang, tanduk dan kotoran yang semuanya mempunyai arti ekonomis. Pemerintah selalu berusaha meningkatkan produksi susu dalam negeri. Potensi ternak kerbau di Sumatera Barat dapat dilihat dari populasi, produksi daging dan susu. Sebagai ternak penghasil susu, kerbau di Sumatera Barat bukan hanya memberikan sumbangan dalam menambah pendapatan petani peternak tetapi dapat pula memperbaiki gizi keluarga. Suatu hal yang menguntungkan bagi peternak kerbau perah, susu yang dihasilkan dapat disimpan dalam tabung-tabung bambu, setelah 2-3 hari dijual dalam bentuk dadih. Dadih merupakan makanan khas Sumatera Barat. Pemasaran susu kerbau berupa dadih cukup baik, tidak ada yang dibawa ke pasar yang tidak-terjual. Usaha pemerahan kerbau di Sumatera Barat sudah lama dilakukan oleh penduduk pedesaan, namun demikian cara pemeliharaan dan perawatan yang dilakukan masih bersifat tradisional. Data yang terperinci dan dapat dipercaya mengenai potensi produksi susu dan daya reproduksi yang berhubungan dengan produksi susu belum banyak diketahui. Demikian juga data tentang pakan kerbau perah belum banyak diteliti dan diungkapkan oleh ilmuwan. Di Sumatera Barat perbaikan mutu ternak kerbau yang berhubungan dengan produksi susu belum dilakukan. Usaha untuk memperbaiki mutu ternak kerbau sebagai penghasil susu dan perbaikan mutu susu yang dihasilkan perlu dilakukan. Hal ini supaya didapatkan produksi susu yang banyak dan berkualitas tinggi. Perbaikan yang diperlukan lebih dahulu untuk kerbau-kerbau Sumatera Barat adalah perbaikan feeding dan management (Sebagai ternak penghasil susu, kerbau di Sumatera Barat bukan hanya memberikan sumbangan dalam menambah pendapatan petani peternak tetapi dapat pula memperbaiki gizi keluarga. Suatu hal yang menguntungkan bagi peternak kerbau perah, susu yang dihasilkan dapat disimpan dalam tabung-tabung bambu, setelah 2-3 hari dijual dalam bentuk dadih. Dadih merupakan makanan khas Sumatera Barat. Pemasaran susu kerbau berupa dadih cukup baik, tidak ada yang dibawa ke pasar yang tidak-terjual. Usaha pemerahan kerbau di Sumatera Barat sudah lama dilakukan oleh penduduk pedesaan, namun demikian cara pemeliharaan dan perawatan yang dilakukan masih bersifat tradisional. Data yang terperinci dan dapat dipercaya mengenai potensi produksi susu dan daya reproduksi yang berhubungan dengan produksi susu belum banyak diketahui. Demikian juga data tentang pakan kerbau perah belum banyak diteliti dan diungkapkan oleh ilmuwan. Di Sumatera Barat perbaikan mutu ternak kerbau yang berhubungan dengan produksi susu belum dilakukan. Usaha untuk memperbaiki mutu ternak kerbau sebagai penghasil susu dan perbaikan mutu susu yang dihasilkan perlu dilakukan. Hal ini supaya didapatkan produksi susu yang banyak dan berkualitas tinggi. Perbaikan yang diperlukan lebih dahulu untuk kerbau-kerbau Sumatera Barat adalah perbaikan feeding dan management.

B. PEMBAHASAN

1. Pemeliharaan Sapi Perah

a. Sanitasi dan Tindakan Preventif

Pada pemeliharaan secara intensif sapi-sapi dikandangkan sehingga peternak mudah mengawasinya, sementara pemeliharaan secara ekstensif pengawasannya sulit dilakukan karena sapi-sapi yang dipelihara dibiarkan hidup bebas. Sapi perah yang dipelihara dalam naungan (ruangan) memiliki konsepsi produksi yang lebih tinggi (19%) dan produksi susunya 11% lebih banyak daripada tanpa naungan. Bibit yang sakit segera diobati karena dan bibit yang menjelang beranak dikering kandangkan selama 1-2 bulan

(Djarijah, Abbas Sirega).

b. Perawatan
Ternak dimandikan 2 hari sekali. Seluruh sapi induk dimandikan setiap hari setelah kandang dibersihkan dan sebelum pemerahan susu. Kandang harus dibersihkan setiap hari, kotoran kandang ditempatkan pada penampungan khusus sehingga dapat diolah menjadi pupuk. Setelah kandang dibersihkan, sebaiknya lantainya diberi tilam sebagai alas lantai yang umumnya terbuat dari jerami atau sisa-sisa pakan hijauan Penimbangan dilakukan sejak sapi pedet hingga usia dewasa. Sapi pedet ditimbang seminggu sekali sementara sapi dewasa ditimbang setiap bulan atau 3 bulan sekali. Sapi yang baru disapih ditimbang sebulan sekali. Sapi dewasa dapat ditimbang dengan melakukan taksiran pengukuran berdasarkan lingkar dan lebar dada, panjang badan dan tinggi pundak (
Djarijah, Abbas Sirega).

c. Pakan
Pemberian pakan pada sapi dapat dilakukan dengan 3 cara, yaitu:

a) sistem penggembalaan (pasture fattening)

b) kereman (dry lot fattening)

c) kombinasi cara pertama dan kedua.

Pakan yang diberikan berupa hijauan dan konsentrat. Hijauan yang berupa jerami padi, pucuk daun tebu, lamtoro, alfalfa, rumput gajah, rumput benggala atau rumput raja. Hijauan diberikan siang hari setelah pemerahan sebanyak 30-50 kg/ekor/hari. Pakan berupa rumput bagi sapi dewasa umumnya diberikan sebanyak 10% dari bobot badan (BB) dan pakan tambahan sebanyak 1-2% dari BB. Sapi yang sedang menyusui (laktasi) memerlukan makanan tambahan sebesar 25% hijauan dan konsentrat dalam ransumnya. Hijauan yang berupa rumput segar sebaiknya ditambah dengan jenis kacang-kacangan (legum).
Sumber karbohidrat berupa dedak halus atau bekatul, ampas tahu, gaplek, dan bungkil kelapa serta mineral (sebagai penguat) yang berupa garam dapur, kapur, dll. Pemberian pakan konsentrat sebaiknya diberikan pada pagi hari dan sore hari sebelum sapi diperah sebanyak 1-2 kg/ekor/hari. Selain makanan, sapi harus diberi air minum sebanyak 10% dari berat badan per hari.Pemeliharaan utama adalah pemberian pakan yang cukup dan berkualitas, serta menjaga kebersihan kandang dan kesehatan ternak yang dipelihara. Pemberian pakan secara kereman dikombinasikan dengan penggembalaan Di awal musim kemarau, setiap hari sapi digembalakan. Di musim hujan sapi dikandangkan dan pakan diberikan menurut jatah. Penggembalaan bertujuan pula untuk memberi kesempatan bergerak pada sapi guna memperkuat kakinya (
Djarijah, Abbas Sirega).

d. Pemeliharaan
Kotoran ditimbun di tempat lain agar mengalami proses fermentasi (+1-2 minggu) dan berubah menjadi pupuk kandang yang sudah matang dan baik. Kandang sapi tidak boleh tertutup rapat (agak terbuka) agar sirkulasi udara didalamnya berjalan lancar. Air minum yang bersih harus tersedia setiap saat. Tempat pakan dan minum sebaiknya dibuat di luar kandang tetapi masih di bawah atap. Tempat pakan dibuat agak lebih tinggi agar pakan yang diberikan tidak diinjak-injak atau tercampur dengan kotoran. Sementara tempat air minum sebaiknya dibuat permanen berupa bak semen dan sedikit lebih tinggi daripada permukaan lantai. Sediakan pula peralatan untuk memandikan sapi (
Djarijah, Abbas Sirega).

2. Produksi Susu pada Masa Laktasi Kerbau Perah

Usaha pemerahan kerbau di Sumatera Barat sudah lama dilakukan oleh penduduk pedesaan, namun demikian cara pemeliharaan dan perawatan yang dilakukan masih bersifat tradisional. Data yang terperinci dan dapat dipercaya mengenai potensi produksi susu dan daya reproduksi yang berhubungan dengan produksi susu belum banyak diketahui. Demikian juga data tentang pakan kerbau perah belum banyak diteliti dan diungkapkan oleh ilmuwan. Di Sumatera Barat perbaikan mutu ternak kerbau yang berhubungan dengan produksi susu belum dilakukan. Usaha untuk memperbaiki mutu ternak kerbau sebagai penghasil susu dan perbaikan mutu susu yang dihasilkan perlu dilakukan. Hal ini supaya didapatkan produksi susu yang banyak dan berkualitas tinggi. Perbaikan yang diperlukan lebih dahulu untuk kerbau-kerbau Sumatera Barat adalah perbaikan feeding dan management.

Produksi susu dalam satu masalaktasi. total produksi susu dalam satu masa laktasi yang dapatdihasilkan oleh seekor kerbau berbeda-beda. Perbedaan ini disebabkan berbeda-nya bulan dantingkat laktasi, penampilanindividu, latar belakangpemeliharaan dan pemberian pakan.pada bulan-bulan awal laktasiproduksi susu kerbau banyak,puncaknya dicapai pada bulankedua. Bulan-bulanberikut produksi susu kerbau mulaimenurun seiring dengan meningkatnya umur anak dan umur kebuntingan. Perbedaan periodelaktasi dapat menyebabkan berbeda jumlah susu yang diperoleh dalam satu masa laktasi. Jumlah produksi susu bertambah dari laktasi pertama ke laktasi berikutnya, produksi susu paling banyak diperoleh pada laktasi enam (chutikul, 1975).

Sifat reproduksi

a. umur kawin pertama.

setelah dihitung rata-rata umur kawin pertama dari kerbau yang dipelihara pada tiga lokasi (desa) di sumatera barat adalah 2,76 ± 0,29 tahun. Menurut chantalakhana (1980) umur kawin pertama kerbau lumpur adalah 2,5 tahun, data tersebut menunjukkan bahwa kerbau lumpur sumatera barat masih perlu ditingkatkan kesuburannya

(Agus, B. M).

b. lama bunting.

setelah dihitung didapat rata-rata lama bunting kerbau lumpur yang dipelihara pada tiga lokasi penelitian di sumatera barat adalah 11,05 ± 0,31 bulan. Hasil penelitian ini tidak jauh berbeda dengan yang dilaporkan oleh toelihere (1980) kerbau lumpur di asia tenggara lama buntingnya sekitar 11,3 bulan (Agus, B. M).

c. calving interval

Rata - rata jarak kelahiran anak kerbau lumpur di Sumatera Barat adalah 15,13 ± 2,49 bulan. Dari data yang ditampilkan terlihat bahwa sebagian besar kerbau lumpur yang dipelihara di Sumatera Barat lebih pendek jarak kelahiran anaknya dari pada yang telah dilaporkan oleh para ahli

(Agus, B. M).

d. service period

kerbau lumpur yang dipelihara di Sumatera Barat adalah 3,53 ± 1,00 bulan. Hasil penelitian ini tidak jauh berbeda dengan yang dilaporkan oleh Goswani dan Kumar dalam Saladin dkk. (1978) bahwa service period kerbau di India adalah 117 hari (± 3,5 bulan). Service Period dapat dipengaruhi oleh tatalaksana pemeliharaan dan tingkat kesuburan kerbau (Agus, B. M).

e. dry period

Hasil perhitungan menunjukkan rata-rata dry period kerbau lumpur di Sumatera Barat adalah 4,24 ± 2,10 bulan. Williamson dan Payne (1968) melaporkan bahwa lama kering kandang (dry period) kerbau perah di India adalah 139 ± 73 hari. Data ini menunjukkan dry period kerbau lumpur yang dipelihara di Sumatera Barat, hampir sama dengan dry period kerbau perah yang dipelihara di India. Panjang atau pendeknya dry period lebih banyak ditentukan oleh manajemen, jenis kerbau, sifat individu dan lingkungan (Agus, B. M).

f. service per conception

Hasil perhitungan menunjukkan service per conception kerbau lumpur di Sumatera Barat adalah 1,60 ± 0,05. Keberhasilan dalam mengawinkan kerbau ditentukan oleh keberhasilan mendeteksi berahi dan mengawinkan kerbau pada saat yang tepat. Para peternak kerbau sudah dapat mengenal gejala-gejala berahi. Akan tetapi banyak diantara mereka yang tidak mengetahui saat yang tepat mengawinkan kerbau yang sedang berahi. Menurut Agus (1989) saat mengawinkan kerbau yang tepat adalah 9 jam setelah gejala berahi kelihatan (Agus, B. M).

  1. Manajemen Kerbau Perah

Pada umumnya para peternak kerbau mengelola ternak masih secara tradisional, baik dalam hal pemberian makanan, perkandangan, pemelihara-an kesehatan, penggunaan tenaga ternak dan pemerahan serta pengolahan susu. Kerbau hanya diberi/dibiarkan makan rumput dan dedaunan lain tanpa diberi makanan penguat. Sebagian kerbau memperoleh rumput, air minum dan tempat berkubang di padang pengembalaan. Sebagian lainnya memperoleh rumput di tempat ternak diikatkan dan diaritkan peternak. Air dan tempat berkubang diperoleh di tempat ternak diikatkan atau disediakan oleh peternak. Ada 4 sistem pemeliharaan kerbau di Sumatera Barat, 1) kerbau diikat sepanjang tahun, 2) kerbau diikat pada musim penanaman padi dan dilepaskan setelah padi di panen, 3) kerbau dilepaskan di siang hari dan dikandangkan di malam hari dan 4) kerbau dilepas siang dan malam di padang pengembalaan sepanjang tahun. Kerbau di perah secara tradisional dengan kurang memperhatikan kebersihan dan kesehatan susu. Susu hasil pemerahan di masukan ke dalam tabung bambu disimpan selama 2 - 3 hari dan dijual dengan nama “dadih” (Dirjen Bina Produksi Ternak).

Daftar pustaka

Priyono, S.Pt. Alumnus Fakultas Peternakan Universitas Jenderal SoedirmanMahasiswa Magister Ilmu Ternak Universitas Diponegoro

Agus, B. M. 1989. Memelihara Kerbau. Kanisius, Yogyakarta.

Chutikul, K. 1975. Ruminant (Buffalo) Nutrition. Dalam The Asiatic Water Buffalo. FFTC, Taipei

Dirjen Bina Produksi Ternak. 2004. Statistik Peternakan Indonesia. Dirjen Bina Produksi Peternakan, Jakarta.

Djarijah, Abbas Sirega. 1996. Usaha ternak sapi. Yogyakarta, Kanisius. 43 hal.

Label:

3 Komentar:

Blogger Muh. Nurchan mengatakan...

menawarkan kerjasama supply katul untuk pakan ternak,
kapasitas kami 100 Ton per bulan untuk halus dan kasar.
Jika ada yg minat, hub. via sms di ;
085641204682

ada komisi untuk yang bisa mencarikan pangsa pasar untuk kami.
Per 100 Ton komisi 5-10jt tergantung cara pembayaran,jml orde, dan
jauhnya pengiriman


Nurchan,Solo

27 Desember 2009 pukul 09.15  
Blogger Muh. Nurchan mengatakan...

menawarkan kerjasama supply katul untuk pakan ternak,
kapasitas kami 100 Ton per bulan untuk halus dan kasar.
Jika ada yg minat, hub. via sms di ;
085641204682

ada komisi untuk yang bisa mencarikan pangsa pasar untuk kami.
Per 100 Ton komisi 5-10jt tergantung cara pembayaran,jml orde, dan
jauhnya pengiriman


Nurchan,Solo

27 Desember 2009 pukul 09.16  
Blogger Unknown mengatakan...

wah bagus itu
tapi saya belum mahir dalam dunia bisnis

17 April 2012 pukul 23.03  

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda